Ibu, ia menjadi guru yang tak pernah digaji, menjadi pembantu yang tak pernah dibayar, menjadi pelayan yang sering terlupa dihargai, dan menjadi babby sitter yang paling setia.

Sesekali ia pernah menjelma menjadi puteri salju yang bernyanyi merdu hingga menunggu suntingan sang pangeran. Keesokannya ia rela menjadi kuda yang meringkik, berlari mengejar dan menghalau musuh agar tak mengganggu.
Atau ketika ia dengan lihainya menjadi seekor kelinci yang melompat-lompat mengelilingi kebun, mencari wortel untuk makanan kami sehari-hari. Hanya tawa dan jerit lucu yang ingin didengarnya dari kisah-kisah yang tak pernah absen didongengkannya.
Ibu, Kantuk dan lelah tak lagi dihiraukan, walau harus menyamarkan suara menguapnya dirimu dengan auman harimau. Atau berpura-pura si nenek sihir terjatuh dan mati sekadar untuk bisa memejamkan mata barang sedetik.
Namun, si kecil ternyata belum juga terpejam dan memintanya menceritakan dongeng lagi ke sekian kalinya bahkan untuk ribuan kalinya demi anakmu. Dalam kantuknya, kau pun terus mendongeng.
Tak ada yang dilakukannya di setiap pagi sebelum menyiapkan sarapan anak-anak yang akan berangkat ke sekolah.
Tak satu pun yang paling ditunggu kepulangannya selain yaitu suami dan anak-anaknya yang tercinta. Serta merta kalimat, "sudah makan belum?" tak lupa terlontar.
saat baru saja memasuki rumah.
Tak peduli lagi meski si kecil yang dulu kerap ia timang dalam dekapan yang hangat itu, sekarang sudah menjadi anak yang dewasa, yang bisa saja membeli makan siangnya sendiri di Sekolahnya.
Hari ketika si anak yang telah dewasa itu mampu mengambil keputusan sendiri terpenting dalam hidupnya, untuk menentukan jalan hidup bersama pasangannya, siapa yang paling menangis diantaranya? Siapa yang lebih dulu menitikkan air mata? Lihatlah sudut matanya, telah menjadi samudera dari air mata dalam sekejap mata.
Langkah beratnya pun harus ikhlas mengantar buah hatinya ke kursi pelaminan. Ia menangis melihat anaknya tersenyum bahagia dibalut gaun pengantin nan indah. Di saat itulah, ia pun tersadar, buah hati yang bertahun-tahun menjadi kubangan curahan cintanya itu tak lagi hanya miliknya.
Ada satu hati lagi yang tertambat dalam hati, yang dalam harapnya ia berlirih, "Masihkah kau anakku?"
Saat senja pun tiba. Ketika keriput di tangan dan wajah mulai berbicara tentang usianya. Ia pun sadar lagi, bahwa sebentar lagi masanya kan berakhir.
Hanya satu pinta yang sering terucap dari bibirnya, "Bila ibu meninggal, ibu ingin anak-anak ibu yang memandikan. Ibu ingin dimandikan sambil dipangku kalian". Tak hanya itu, imam shalat jenazah pun ia meminta dari salah satu anak laki lakinya yang mandiri. "Agar tak percuma ibu mendidik kalian menjadi anak yang shalih & shalihat sejak kecil," ujarnya.
Duhai Ibu, semoga saya bisa menjawab pintamu itu kelak. Bagaimana mungkin saya tak ingin memenuhi pinta itu bu? Sejak saya kecil ibu telah mengajarkan arti cinta yang sebenarnya. Ibulah madrasah cinta saya, Ibulah sekolah yang hanya punya satu mata pelajaran, yaitu "cinta". Sekolah yang hanya punya satu guru yaitu "pecinta". Sekolah yang semua murid-muridnya diberi satu nama: "anakku tercinta".
Admin Tahukah Anda menangis saat menyunting renungan, mungkin kalian juga sedih yang membaca artikel ini, doakan yang terbaik untuk ibu, katakan aku mencintai mu ibu, bagikan jika kalian sayang Ibu,
Sumber: akhbarislam.com

Sesekali ia pernah menjelma menjadi puteri salju yang bernyanyi merdu hingga menunggu suntingan sang pangeran. Keesokannya ia rela menjadi kuda yang meringkik, berlari mengejar dan menghalau musuh agar tak mengganggu.
Atau ketika ia dengan lihainya menjadi seekor kelinci yang melompat-lompat mengelilingi kebun, mencari wortel untuk makanan kami sehari-hari. Hanya tawa dan jerit lucu yang ingin didengarnya dari kisah-kisah yang tak pernah absen didongengkannya.
Ibu, Kantuk dan lelah tak lagi dihiraukan, walau harus menyamarkan suara menguapnya dirimu dengan auman harimau. Atau berpura-pura si nenek sihir terjatuh dan mati sekadar untuk bisa memejamkan mata barang sedetik.
Namun, si kecil ternyata belum juga terpejam dan memintanya menceritakan dongeng lagi ke sekian kalinya bahkan untuk ribuan kalinya demi anakmu. Dalam kantuknya, kau pun terus mendongeng.
Tak ada yang dilakukannya di setiap pagi sebelum menyiapkan sarapan anak-anak yang akan berangkat ke sekolah.
Tak satu pun yang paling ditunggu kepulangannya selain yaitu suami dan anak-anaknya yang tercinta. Serta merta kalimat, "sudah makan belum?" tak lupa terlontar.
saat baru saja memasuki rumah.
Tak peduli lagi meski si kecil yang dulu kerap ia timang dalam dekapan yang hangat itu, sekarang sudah menjadi anak yang dewasa, yang bisa saja membeli makan siangnya sendiri di Sekolahnya.
Hari ketika si anak yang telah dewasa itu mampu mengambil keputusan sendiri terpenting dalam hidupnya, untuk menentukan jalan hidup bersama pasangannya, siapa yang paling menangis diantaranya? Siapa yang lebih dulu menitikkan air mata? Lihatlah sudut matanya, telah menjadi samudera dari air mata dalam sekejap mata.
Langkah beratnya pun harus ikhlas mengantar buah hatinya ke kursi pelaminan. Ia menangis melihat anaknya tersenyum bahagia dibalut gaun pengantin nan indah. Di saat itulah, ia pun tersadar, buah hati yang bertahun-tahun menjadi kubangan curahan cintanya itu tak lagi hanya miliknya.
Ada satu hati lagi yang tertambat dalam hati, yang dalam harapnya ia berlirih, "Masihkah kau anakku?"
Saat senja pun tiba. Ketika keriput di tangan dan wajah mulai berbicara tentang usianya. Ia pun sadar lagi, bahwa sebentar lagi masanya kan berakhir.
Hanya satu pinta yang sering terucap dari bibirnya, "Bila ibu meninggal, ibu ingin anak-anak ibu yang memandikan. Ibu ingin dimandikan sambil dipangku kalian". Tak hanya itu, imam shalat jenazah pun ia meminta dari salah satu anak laki lakinya yang mandiri. "Agar tak percuma ibu mendidik kalian menjadi anak yang shalih & shalihat sejak kecil," ujarnya.
Duhai Ibu, semoga saya bisa menjawab pintamu itu kelak. Bagaimana mungkin saya tak ingin memenuhi pinta itu bu? Sejak saya kecil ibu telah mengajarkan arti cinta yang sebenarnya. Ibulah madrasah cinta saya, Ibulah sekolah yang hanya punya satu mata pelajaran, yaitu "cinta". Sekolah yang hanya punya satu guru yaitu "pecinta". Sekolah yang semua murid-muridnya diberi satu nama: "anakku tercinta".
Admin Tahukah Anda menangis saat menyunting renungan, mungkin kalian juga sedih yang membaca artikel ini, doakan yang terbaik untuk ibu, katakan aku mencintai mu ibu, bagikan jika kalian sayang Ibu,
Sumber: akhbarislam.com
tak terbalas jasa ibu
ReplyDeleteSELAPUT DARA BUATAN KEMBALIKAN KEPERAWANAN
ALAT PEMBESAR PENIS ALAMI
ALAT BANTU SEX PRIA
ALAT BANTU SEX WANITA
VAGINA ELEKTRIK
VAGINA MANUAL
PENIS ELEKTRIK
PENIS MANUAL
OBAT KUAT PRIA
OBAT PELANGSING BADAN ALAMI
OBAT PERANGSANG WANITA
OBAT PERANGSANG CAIR
OBAT PERANGSANG SERBUK
OBAT TIDUR ALAMI
OBAT PERANGSANG SPRAY
OBAT PENGGEMUK BADAN HERBAL
AKSESORIS SEX PRIA WANITA
OBAT MATA HERBAL
SEMENAX OBAT HERBAL PENAMBAH SPERMA
CELANA HERNIA MAGNETIK
OBAT PEMBESAR PAYUDARA ALAMI
MINYAK PEMBESAR PENIS
OBAT PEMBESAR PENIS