Pilih Yang Mana... Dewasa atau Kekanak-kanakkan?

Tahukah Anda - Pernah suatu kali kedua anak lelaki kami bertengkar hebat, bahkan sampai berkelahi. Satu sama lain sangat bernafsu untuk saling memukul, menendang, meledek. Bahkan rasanya tidak puas jika pukulan atau tendangan yang telah mampir ke tubuh saudaranya jumlahnya lebih sedikit dari saudaranya. Pokoknya pukulanku harus lebih banyak dari dia… atau ledekanku harus lebih membuat dia marah… mungkin begitu yang ada dalam benak mereka. Kadang saling melempar barang-barang pribadi milik saudaranya. Fuuiihhh…. Klo sudah begini rasanya tensi darah cepet sekali naik dan pingin ikutan ‘main’ tangan… Astaghfirullah.






Tapi tahukah anda apa yang terjadi setelah mereka kami pisahkan? Dan keadaanpun menjadi tenang beberapa menit kemudian.

Yah, benar sekali… mereka kembali berbicara satu sama lain, ngobrol ngalor ngidul, ngulon ngetan… wis jan koyok gak ono masalah babar blas… seperti gak ada masalah sama sekali!! Sepertinya ‘pertempuran’ hebat yang barusan mereka lakukan tidak pernah terjadi… Masya Allah. Begitulah anak-anak dengan dunia mereka. Dunia yang masih penuh dengan kejujuran dan kepolosan. Sifat anak-anak telah berhasil meredam permusuhan menjadi tidak perlu lagi di perpanjang, bahkan hanya dalam hitungan menit!!

Sekarang, coba kita bandingkan dengan dunia kita. Dunianya orang-orang yang katanya dewasa, yang kadang ingin menjiplak dunia anak-anak yang penuh kejujuran dan kepolosan tapi sejauh ini belum pernah berhasil. Kita memang kadang masih memiliki sifat anak-anak tapi sayangnya baru sebatas ‘kekanak-kanakkan’. Kita mungkin masih suka bercanda dan humor ala anak-anak sekolah, kita mungkin masih suka main game di computer atau kadang-kadang main di games-games center atau di warnet, kita juga kadang masih suka bermanja-manja dengan


pasangan kita atau juga dengan ortu atau saudara kita. Tapi kita semua juga mungkin pernah mengalami, saat dimana terjadi benturan dengan saudara, sahabat, atau teman kita.

Kita juga pastinya menyadari bahwa kadang benturan tersebut berawal dari hal-hal yang sebenarnya remeh temeh walau tak menutup kemungkinan terjadi karena sesuatu yang sifatnya prinsipil walau sebenarnya masih bisa diambil jalan tengah. Disinilah… saat kita menunjukkan sifat ‘kekanak-kanakkan’ kita tapi kita tak mencontoh bagaimana anak-anak menghadapi dan menyelesaikan masalah mereka. Memang kita semua pernah mengalami masa ketika menjadi anak-anak, tapi seiring dengan bertambahnya usia kita maka sifat jujur dan polos tersebut berangsur berkurang dari diri kita. It’s okey… natural sekali kok. Hanya saja terkadang saya prihatin melihat jika ada di antara teman-teman menyikapi sesuatu permasalahan dengan terlebih dahulu mengedepankan emosi dan hawa nafsu hingga akhirnya Ego-lah yangberbicara. Saya juga bukan manusia sempurna, ada kalanya hal-hal itu terjadi pada saya dan bahkan kita semua. Tinggal bagaimana kita bisa lebih bijak dan dewasa dalam bersikap. Tak mudah terpancing dengan hal-hal yang sebenarnya tak perlu dan bisa menyelesaikan dengan cara yang baik.

Mungkin itu bedanya kita dengan anak-anak, mereka bercanda ‘tanpa’ perasaan sementara kita bercanda dengan penuh ‘perasaan’, sehingga ketika candaan itu mengenai hati (baca: perasaan) rasanya sulit untuk menerimanya. Kadang butuh hitungan jam, hari, minggu bahkan tahun jika itu benar-benar mengena di hati kita, untuk kembali berbaikan dengan saudara kita.

Jadilah seorang peminta maaf untuk yang pertama kalinya terlepas dari siapa yang salah atau benar. Katakanlah kita memang di pihak yang benar, tapi saya fikir sangat tidak ada salahnya jika kita meminta maaf terlebih dulu. Soal diterima atau tidak itu urusan belakang… seperti kata Jasmera (karakter dalam film ‘Kentut’ yg diperankan olh Deddy Mizwar)… “Sikat dulu... urusan belakangan…” Tapi ini dalam konteks meminta maaf lho ya, bukan untuk urusan yg lain.

Ada dua orang sahabat yang kebetulan mereka adalah sahabat saya juga, bahkan mereka notabene anak tarbiyah lho. Satu hari terjadi perselisihan di antara mereka, saya pun sudah mengetahui duduk permasalahannya dan sudah tahu pula siapa diantara mereka yang sebenarnya salah. Tapi sayang sekali, sahabat yang secara kasat mata benar-benar salah… sama sekali tidak mau meminta maaf terlebih dahulu karena masih merasa yakin bahwa apa yang dilakukannya tersebut adalah benar. Pihak yang benar tentu saja jadi semakin kesal dengan sikap sahabatnya tersebut, sampai bersumpah… “klo gak dia duluan yang minta maaf, gw gak bakal maafin!!” Masya Allah.... Saya sudah coba menengahi, tapi apa daya mereka lebih memilih cara ‘Dewasa’ yang ‘Kekanak-kanakkan’. Hingga kini mereka tak pernah saling berbicara lagi, memang sih sekedar angkat dagu saja jika bertemu ya masih. Ya sudahlah, saya sudah berusaha dan ternyata jalan itu yang mereka pilih. Semoga Allah membuka jalan bagi persahabatan mereka kembali.

Mudah-mudahan kita bisa bercermin dengan kejadian di sekeliling kita dan semakin bisa mendewasakan diri. Baik untuk diri kita sendiri dan keluarga, juga untuk tetangga, sahabat, dan teman kita dimanapun baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Kadang ego kita yg kecil ‘mengalahkan’ ridho dan ampunan Allah yang begitu besar.

Akhirnya….

Kalau benar jangan barbar, jika salah yuk kita mengalah.

Wallahu a’lam



By: Abuhafizh Rindro
Sumber : Berita Islam

1 Response to "Pilih Yang Mana... Dewasa atau Kekanak-kanakkan?"